Kamis, 08 April 2010
Meraup untung dari Ayam Kampung
Agrobisnis seperti sumur yang tak pernah kering. Ini bukan omong kosong.ketika industri lain ambruk diterjang badai krisis moneter, sektor ini terbukti tetap tegar. Benarkah ? bagi yang komponen lokalnya dominan, jawabannya : benar.
Dibidang peternakan, misalnya, usaha ayam ras(ayam pedaging) langsung terkapar ketika krisis berlangsung. Maklum ayam jenis ini banyak menelan dollar, mulai dari bibit, bahan baku pakan, obat-obatan hinggaperalatan.
Lain cerita kalau yang diternakan ayam kampung atau ayam buras(bukan ras) yang 100 % asli Indonesia. Menurut data Ditjen Peternakan, tahun 1998 populasi ayam kampung mengalami peningkatan sekitar 1 % dibanding tahun sebelumnya, jauh berbeda dengan ayam ras yang anjlok sampai 70 %.
Produksi telur ayam ras (leghorn) petelur misalnya bisa mencapai 300 butir setahun. Sementara ayam kampung yang dipelihara secara khusus paling banter hanya 100 butir telur. Begitu juga dengan ayam ras pedaging (broiler). Tubuhnya cepat bongsor, dalam 30 hari bisa mencapai 1 kg. Sementara ayam kampung membutuhkan 3 bulan untuk mencapai bobot hidup yang sama . Hanya saja harga daging dan telur ayam kampung lebih tinggi, itu kelebihannya.
Keuntungannya jelas
Bila serius keuntungan usaha penetasan ayam kampung ternyata cukup menggiurkan. Saat ini harga sebutir ayam kampung Rp 800. Sementara harga seekor anak ayam yang baru menetas atau biasa disebut DOC (Day Old Chick), sekitar Rp 2000 perekor, berarti kalau ditetaskan untungnya lebih dari 100 % ? memang besar.
Mencari telur
Pada dasarnya tidak sulit asal mau telaten. Sebab, telur bisa diperoleh di kampung-kampung. Pada pemeliharaan trdisional, umumnya setiap induk melakukan perkawinan dengan ayam pejantan. Sehingga telur yang dihasilkan merupakan telur yang bertunas atau yang bisa di tetaskan. Bisa juga melalui penjual jamu gendong, dipasar-pasar lokal juga mudah ditemukan.
Mesin penetas
Mesin tetas bisa didapat dengan dua cara. Jika punya uang bisa membeli mesin tetas sendiri. Harganya antara Rp 700 ribu hingga Rp 5 juta, tergantung daya tampungnya. Untuk alat yang satu ini, banyak yang dijual disekitar Tangerang.
Kalau mau menyewa bisa dicari sekitar Rawa Belong, Jakarta Barat. Akan lebih untung kalau memiliki mesin penetas sendiri dengan kapasitas yang besar. Selain dipakai sendiri, juga bisa disewakan.
Pemasaran
Tak usah bingung memasarkan anak ayam. Banyak jalannya. Antara lain melalui Koperasi Peternak ayam buras Jakarta. Atau bisa langsung bekerja sama dengan peternak ayam buras. Kalau belum puas dengan hasil anak ayam, bisnis ini bisa dikembangkan sebagai bisnis terpadu. Artinya, selain anak ayam, juga beternak ayam pedaging (broiler) dan telur.
Pakan Di buat sendiri
Siapa yang tak ingin usahanya berkembang. Untuk itu, ada baiknya seorang peternak juga menguasai pembuatan pakan. Sejak krisis berlanjut, tidak sedikit pengusaha peternakan, baik ayam pedaging maupun petelur, yang gulung tikar. Penyebabnya ya, karena sebagian besar bahan bakunya mengandalkan impor. Sementara pakan dari bahan baku lokal yang sebenarnya dari sisi kualitas tidak kalah, masih jarang dilirik peternak.
Dari pada buang duit untuk membeli bahan pakan ternak ada baiknya mempelajari kiat membuat pakan sendiri seperti yang disajikan dibawah ini. (Tabel I & II).
Pola usaha ini sudah dujalani Ekok Wakradiharjo, peternak ayam kampung yang bermukim di Jagarkarsa, Jakarta Selatan. Dengan menggunakan pakan lokal ia mampu memetik penghasilan lumayan besar.
Dari 1000 ekor ternaknya, minimal setiap bulan mengantungi keuntungan Rp. 1,4 juta. Itu baru dari hasil penjualan ayam kampung pedaging. Jadi belum termasuk telur, ayam afkiran dan kotoran ayam yang belakangan ini jadi rebutan petani karena harga pupuk kimia sangat mahal.
Analisis Keuntungan
Usaha Ayam Kampung Pedaging
Per 1.000 ekor
per 3 bulan
A. Investasi
Kandang dgn biaya perekor @ Rp. 7.000 Rp. 7.000.000.
B. Biaya Lancar
DOC 1.000 ekor @ Rp. 1.800 Rp. 1.800.000.
Pakan
a. Starter1 1000 kg @ Rp. 1.824,5/kg Rp. 1.824.500.
b. Starter2 1500 kg @ Rp. 1.657,5/kg Rp. 2.486.250.
Vaksin dan jamu 1000 ekor x Rp. 150 x 2 Rp. 300.000.
Listrik Rp. 100.000 x 3 = Rp. 300.000.
Kematian Ternak 10% Rp. 180.000.
Penyusutan Kandang (usia 4 tahun) Rp. 145.830.
Total Biaya Rp. 7.036.580.
C. Pendapatan
Ayam ukuran 0,9 kg @ Rp. 14.000/kg x 900 ekor (mati 10%) Rp. 11.340.000.
D. Analisis Keuntungan
Keuntungan bersih = Pendapatan - Biaya Lancar = Rp. 4.303.420
Catatan :
Pakan untuk starter 1 digunakan dari umur 0 hari sampai 4 minggu. Selanjutnya gunakan starter 2 hingga panen sekitar umur 3 bulan. Pada saat tersebut bobot hidup sekitar 0,9 kg/ekor
Ciri umum bibit unggul
* Bagian tubuh tak ada yang rusak atau cacat. Misalnya kaki utuh dan leher lurus. Otot kempal dan kuat terutama dibagian paha dan dada. Tulangnya juga kuat
* Susunan bulu teratur,saling meng- himpit dan tampak mengkilat. Kondisi bulu yang baik tersebut mencerminkan keadaan kulit yang baik pula.
* Mata cerah dan pandangannya tampak tajam.
* Gerakannya gesit yaitu mudah berontak bila dipegang.
* Ukuran badannya sedang, tidak kurus dan tidak gemuk.
* Induk jantan mempunya jengger yang berwarna merah cerah, kepala tampak kokoh,paruh pendek,tajam dan kuat. Selain itu, keturunannya bukan berasal berasal dari anak induk betina.
* Jarak ujung tulang dada dengan cloaca(dubur) berjarak minimal 3 jari tangan
Analisis Keuntungan
TELUR TETAS
Biaya Lancar :
1. Membeli telur tetas 500 butir x Rp 800 = Rp 400.000
2. Sewa mesin tetas 500 butir x Rp 100 = Rp 50.000
3. Biaya lain-lain = Rp 50.000
4. Total Biaya Lancar= Rp 500.000
Pendapatan :
1. 500 butir x 80 % x 2000 = Rp. 800.000
Keuntungan :
1. Rp 800.000 – Rp 500.000 = Rp. 300.000
source : wirausaha.itgo.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar