CENTRAL UNGGAS LAMPUNG

  • Central Unggas Lampung
  • Central Unggas Lampung
  • Central Unggas Lampung
  • Central Unggas Lampung
  • Central Unggas Lampung
  • Central Unggas Lampung
  • Central Unggas Lampung
  • Central Unggas Lampung

Profil

Foto saya
Bandar Lampung, Lampung, Indonesia
Menyediakan DOC ayam Kampung dan ayam Kampung ukuran 8 ons - 1 kg

Senin, 30 Mei 2011

Menghasilkan DOC Berkualitas Prima

DOC yang berkualitas prima akan memberikan banyak keuntungan, dalam hal ini kepuasan hati menjadi prioritas. Tidak hanya karyawan di hatchery saja, tetapi karyawan farm akan merasa senang apabila mendapatkan DOC yang berkualitas prima.


Beberapa keuntungan yang didapat apabila kita memelihara DOC dengan kualias prima di antaranya daya hidup tinggi, karena performance yang prima akan menghasilkan daya tahan yang optimal, feed konversi lebih baik, dan pertambuhan berat badan yang lebih baik. Dengan ketiga aspek tersebut, untuk broiler komersial akan berdampak terhadap nilai jual, biaya pakan akan lebih rendah, dan panen akan sesuai target. Sedangkan untuk breeding dan layer performance pullet yang optimal akan menghasilkan periode produksi yang maksimal.

Secara umum DOC yang berkualitas prima dapat didefinisikan sebagai anak ayam yang berpotensi mempunyai peformance terbaik seperti yang telah disebutkan diatas.

Ada dua hal yang bisa kita tentukan dalam mengukur kualitas DOC yaitu secara kuantitatif dan secara kualitatif. Untuk pengukuran secara kuantitatif, kualitas DOC dapat diukur dari berat saat setelah menetas, panjang anak ayam, berat sisa kuning telur (yolk) dan lain-lain. Untuk pengukuran qualitatif secara umum yakni bersih, kering, bebas dari kotoran dan kontaminasi, mata jernih dan berbinar, bebas dari cacat, pusar menutup lengkap dan bersih , tidak ada sisa kuning telur pada area pusar.

Tubuh kuat terhadap sentuhan, tanpa ada tanda-tanda stress seperti panting, tanggap dan tertarik pada kondisi lingkungan, respon terhadap suara, konformasi normal dari kaki, tidak ada merah (hock) dikaki, tidak ada pembengkakan, tidak ada luka dikulit, paruh normal, tidak lembek dan kuku kuat,. Pengukuran kuantitatif bisa diukur dengan timbangan, penggaris dan lain-lain. Untuk pengukuran kualitatif perlu standarisasi –kalau tidak akan bersifat subjektif-- seperti menggunakan pasgar score dengan nilai 0–10 dan Tona score dengan nilai 0-100.

Penanganan telur tetas

Untuk mendapatkan DOC dengan kualitas prima juga diperlukan adanya penanganan terhadap telur selama di hatchery. Beberapa penanganan tersebut di antaranya :

1. Grading
Tujuan dilakukannya grading yakni untuk mendapatkan dan menginkubasi telur yang berkualitas baik dengan beberapa cara. Pertama, afkir dan buang telur yang tidak sesuai standar untuk ditetaskan. Telur yang tidak sesuai dengan standar yakni kotor, retak, kecil (sesuai standar berat HE), sangat besar atau double yolk, kerabang yang jelek, serta bentuknya tidak bagus.

Kedua, simpan telur secara hati-hati ke dalam setter tray atau tray transportasi dimana ujung yang tumpul berada di atas. Ketiga, berhati-hatilah selama proses grading, selama awal produksi periksa berat dan seleksi hatching eggnya. Keempat, simpan di ruangan terpisah dimana temperature dan kelembaban dikontrol. Kelima, jaga ruang penanganan telur dalam keadaaan bersih dan nyaman. Kontrol kutu di ruangan telur dengan cara pisahkan atau tolak telur kotor dan buggy dari hatchery.

2. Fumigasi
Tujuan dilakukan fumigasi yakni menghilangkan atau mengurangi kontaminan yang menempel pada permukaan telur agar tidak terjadi penetrasi kedalam telur baik jamur maupun bakteri. Fumigasi dilakukan harus sesuai dengan dosis yang dibutuhkan, contoh : single, double, dan seterusnya.

3. Penyimpanan Telur
Menyimpan dan mengoleksi telur agar sesuai dengan kebutuhan mesin atau permintaan dengan menjaga kualitas telur tetas dengan kondisi ideal sesuai lama penyimpanan.

Mekanisme yang menyebabkan turunnya hasil penyimpanan adalah sampai hari ini masih belum jelas, umumnya diketahui bahwa viskositas albumen (tingginya albumen) menurun dan pH albumen meningkat selama penyimpanan.

Perubahan dalam albumen tidak sesederhana yang digambar untuk kualitas hatching egg dalam menghasilkan DOC yang berkualitas prima. Kualitas telur terbaik terjadi pada saat hari dikeluarkan dari induk dan berubah dalam kekentalan albumen dan pH yang terjadi terutama selama 4 hari. Bagaimanapun, hatchability tertinggi diproduksi dari telur yang disimpan selama 1-2 hari, dan dari telur yang optimal kualitas albumennya.

Pengaruh hatchability dan quality
Meskipun praktek di hatchery penyimpanan akan rusak setelah lama penyimpanan lebih dari 7 hari, efek negatif harus dihindari dari hari kedua dan seterusnya. A Norwegian mempelajari (2001) pada hasil hatchability dari 112 flok Ross komersial 208 diungkap bahwa faktor yang paling penting yang mempengaruhi hatchability adalah preinkubasi penyimpanan telur. persentasi hatchability menunjukkan penurunan linear menurun dari hari kedua dan seterusnya. Dimana telah diperkirakan 0,7% perhari setiap penambahan penyimpanan.

Umur induk
Dimana terdapat pilihan, telur dari induk muda harus disimpan dibanding yang tua, menurunnya dalam hatchability setelah penyimpanan lebih besar pada telur yang lebih tua induknya.

Suhu penyimpanan
Setelah oviposisi, suhu dalam telur secara bertahap turun dibawah fisiological zero yaitu suhu minimum dimana embrio akan tumbuh kalau suhunya diatas fisiological zero. Suhu dibawah point ini mempengaruhi karakteristik telur lain oleh karena itu akan mempengaruhi kualitas telur tergantung dari durasi penyimpanan.

Ketika telur disetting disimpan sampai 3 hari suhu harus 18-210 C. Dengan periode penyimpanan 4-7 hari, telur harus disimpan antara 15-180 C. Ketika penyimpanan sampai 7 hari suhu harus 10-120 C.

Turning telur
Penelitian telah mengungkap bahwa turning telur dapat memperbaiki hatchability setelah penyimpanan preinkubasi. Dimana banyak data yang diteliti menyarankan bahwa metode ini hanya berguna untuk penyimpanan yang lama, hasil terbaru (2002) menggunakan telur ross 308 mengindikasikan bahwa turning telur 4 kali perhari dibutuhkan untuk periode penyimpanan 7 hari.

Perlakuan preinkubasi
Penilitian telah mengindikasikan bahwa prewarming yang segera sebelum memulai inkubasi dapat mengurangi turunnya hatchability setelah penyimpanan. Selama periode prewarming ini komponen suhu bervariasi pada telur menjadi homogen sebelum awal inkubasi , yang mana terlihat menyebabkan lebih seragamnya perkembangan awal embrio. Dalam penelitian ini, telur di hangatkan pada suhu 20-250 C untuk beberapa jam (5-16 jam) sebelum inkubasi. Bagaimanapun, dampaknya hanya akan tampak setelah penyimpanan yang lama. (lebih dari 14 hari).

Suhu inkubasi
Hasil terbaru dari penelitian pada telur kalkun mendemontrasikan dampak positip pada meningkatnya suhu selama minggu pertama dan kedua di inkubasi pada daya tetas telur yang disimpan. efek pada perlakuan suhu inkubasi pada telur broiler secara langsung di R & D. Pengukuran sebelumnya menyebutkan alat yang memudahkan untuk menurunkan hilangnya hatchability dan chick quality setelah penyimpanan pre inkubasi. Ditambah lagi, ada beberapa metode yang terbukti efektif dalam kondisi experimen tapi sulit diaplikasikan di hatchery .

Posisi telur
Dampak positip pada penympanan telur yang disimpan dengan posisi runcing diatas telah di tunjukkan terdahulu. Dengan cara ini posisi sentral kuning telur (dan embryo) terjaga selama penyimpanan. Di posisi ini, embrio terlihat lebih terlindungi dari dehidrasi dan adhesi pada membran, yang mana hasilnya lebih baik dalam bertahan selama penyimpanan.

Perlakuan pre warming di farm
Pemanasan sederhana telur yang segera setelah ovoposisi sebelum penyimpanan menunjukan mengurangi hilangnya hatchability yang disebabkan penyimpanan. Perlakuan ini memperlihatkan kemajuan perkembangan embrio pada tahap yang mana lebih baik dapat bertahan di periode penyimpanan. Penelitian terbaru 2001 menggunakan telur breeder komersial, pre warming HE pada suhu 37.5 C untuk periode 6 jam meningkatkan hatchability yang disimpan relatif untuk kelompok kontrol. Bagaimanapun peningkatan hanya menunjukkan pada telur yang disimpan 14 hari. Pada telur yang disimpan untuk 4 hari tidak ada pengaruh setelah diteliti. Metode ini terlihat sedikit cocok untuk telur dari kandang tua, pada saat telur mengandung embryo yang siap kemajuan lebih ketahap pada saat ovoposisi.

Ditulis oleh : Sandi Galih Purnama, S.Pt., Hatchery Manager. CV Intan Jaya Abadi, Sukabumi Jawa Barat.

Source : http://www.poultryindonesia.com~~
[ ... ]

Efisiensi Pakan Memakai Tempat Pakan Gantung

Pada saat ini sering kita mendengar kata efisiensi. Efisiensi adalah kemudahan dalam hal cara kerja yang akan menghemat tenaga, waktu, dan biaya. Dalam hal ini, penulis yang juga merupakan pelaku peternakan mencoba berpartisipasi untuk mengemukakan hasil pengamatan di lapangan yang ada kaitannya dengan efisiensi, yaitu pemakaian tempat pakan gantung untuk DOC yang berkapasitas hanya 0,5- 1 kg per tabungnya.



Dengan catatan, manajemen sudah baik. Mulai dari persiapan kandang (cuci kandang dan istirahat yang cukup), penanganan masa brooding yang sudah sangat baik –dari masa lepas brooding hingga masa panen, dan ditangani oleh operator kandang yang bertanggungjawab.

Penulis mencoba menambahkan atau melengkapi perlakuan pada masa brooding dengan memakai tempat pakan gantung untuk DOC. Awalnya, penulis menyampaikan ide ini sekitar 5-6 bulan lalu kepada pemilik PIE TIEK KOE Farm di Bogor (milik Bambang Ismono), yang menyambut baik ide tersebut dan mengaplikasikannya sebanyak 200 set tempat pakan ukuran 1 kg dan berhasil sukses pada periode pertama.

Selanjutnya, cara ini diaplikasikan kepada kandang-kandang lainnya. Beranjak dari keberhasilan ini, penulis pun mulai mempresentasikan ide ini kepada teman-teman TS (Technical Service) lainnya, dan terbukti beberapa farm sudah mengaplikasikan cara ini. Di lain sisi, secara tidak langsung ide ini ternyata mampu menghidupkan pengrajin pembuat tempat pakan dari seng/ limbah kaleng. Semoga ide ini dapat diterima oleh seluruh peternak di Indonesia. Karena sudah terbukti, kandang tradisional pun masih bisa melakukan efisiensi.

Pemakaian tempat pakan gantung ini memiliki beberapa nilai tambah untuk menciptakan efisiensi, antara lain :
1. Pakan tidak diinjak-injak DOC, tidak terkena feses dan tidak terbuang-buang
2. Feed intake akan terjamin karena pakan akan selalu ada, tanpa jeda kosong.
3. Pakan yang diberikan tepat sasaran, sehingga DOC akan tumbuh dengan baik serta daya tahan tubuhnya lebih baik.
4. Penghematan pengobatan
5. Pekerjaan operator kandang menjadi lebih ringan, karena tidak harus sering-sering membersihkan tempat pakan yang terkena feses. Selain itu, pakan akan tersedia 24 jam –bahkan saat operator kandang sedang istirahat.
6. Mudah mengontrol kualitas pakan dan DOC.

Kekurangan cara ini adalah dibutuhkan galar-galar baru untuk tempat pakan kecil ini, karena per lingkaran membutuhkan sekitar 30-35 buah per 1000 ekor DOC. Namun dari segi efisiensi biaya, dari hasil perhitungan penulis, pakan dapat dihemat sekitar 100-150 gram per ekor –dalam waktu panen 30 hari. Kontinuitas pakan yang terjamin menyebabkan pertumbuhan ayam di 10 hari pertama lebih baik. Pencapaian bobot badan sesuai dengan standar, dengan konsumsi pakan lebih hemat.

Sebagai gambaran pengeluaran dana, dalam waktu 1 bulan dapat dihemat sekitar Rp. 450,- hingga Rp. 675,- per ekor. Dengan harga tempat pakan Rp. 5.000,- per buah, maka biaya yang dibebankan untuk setiap ekor ayam adalah Rp. 170,-. Dari perhitungan akhir, ada selisih Rp. 280,- hingga Rp. 465,- untuk setiap ekor dalam 1 siklus pemeliharaan. Apabila perawatannya baik, tempat pakan ini masih dapat dipakai hingga 1 tahun. Oleh sebab itu, dalam periode selanjutnya, biaya produksi yang dihemat jadi sebesar Rp. 450,- hingga Rp. 675,- per ekornya.

Ditulis oleh : Drh. Mahfud Effendi, praktisi perunggasan tinggal di Bogor – Jawa Barat

Source : http://www.poultryindonesia.com~~
[ ... ]

Tips Meningkatkan Produktivitas Ayam Kampung

Agar ayam kampung yang kita pelihara sehat, cepat besar dan mampu berproduksi secara optimal, maka perlu diberikan makanan tambahan juga pelaksanaan program vaksinasi yang tepat. Apalagi?

Ayam kampung dipelihara oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia terutama di pedesaan. Ayam ini memang dapat mencari makan sendiri, sehingga biasanya pemeliharaannya dengan dilepas begitu saja tanpa diperhatikan kesehatannya, pertumbuhan maupun produksinya.

Walaupun demikian, ternak ini memiliki potensi yang cukup besar dalam mendukung ekonomi dan konsumsi protein hewani masyarakat. Untuk menjadikan ayam kampung ini sebagai ternak komersial, maka produksinya perlu ditingkatkan. Bagaimana caranya ?

Paling tidak ada empat tindakan yang harus dilaksanakan bila ingin mendapatkan ayam kampung yang berproduksi tinggi, yaitu :

1. Vaksinasi ND secara teratur
Sudah umum diketahui bahwa penyakit tetelo/ sampar/ New Castle Disease (ND) merupakan momok utama penyebab kematian ayam kampung.Penyakit ini biasanya terjadi pada saat pergantian musim, baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya. Karena disebabkan oleh virus, satu-satunya cara untuk menghindarkan ayam dari serangan penyakit ini adalah dengan menciptakan kekebalan pada tubuhnya, denganmelakukan vaksinasi ND secara teratur.

Vaksinasi ND sebaiknya dilaksanakan dengan program 4 4 3 3, artinya ayam mulai divaksin ND pada umur 4 hari dengan cara tetes mata atau hidung memakai vaksin strain F. Setelah itu diulang kembali pada umur 4 minggu dengan cara tetes mata/hidung, tetapi bila memungkinkan untuk disuntik dapat saja dilakukan penyuntikan pada otot dada atau paha.

Kemudian divaksin kembali (revaksinasi) pada umur 3 bulan dengan cara disuntik menggunakan vaksin strain K dan diulang setiap 3 bulan sekali. Tanpa melaksanakan vaksinasi ND secara teratur, ayam kampung yang dipelihara tidak dapat hidup seperti yang diharapkan terutama pada anak-anaknya (antara 1-30 hari).

2. Beri makanan tambahan
Ayam kampung memeng dapat mencari makan sendiri bila dilepas di pekarangan atau tempat-tempat lain. Tetapi makanan yang diperolehnya ini belum tentu mencukupi kebutuhannya untuk tumbuh dan berkembang lebih baik, sehingga pertumbuhan, kesehatan dan produksinyapun akan berpengaruh. untuk itu, untuk mendapatkan ayam kampung yang sehat, cepat besar dan mampu berproduksi optimal diperlukan makanan tambahan.

Makanan tambahan ini dapat saja berupa hasil atau limbah pertanian seperti jagung, ketela, gabah, dedak bahkan limbah dapur atau makanan sisa dapat diberikan, asalkan cukup bergizi. Pemberian makanan tambahan ini sebaiknya dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Maksud diberikan pagi hari saat ayam akan mengembara mencari makan, agar tubuhnya cukup kuat, memiliki tenaga/energi, sehingga akan lebih kuat dan lincah baik dalam mencari makan maupun bahaya yang mungkin dihadapi.

Sedangkan pemberian pada sore hari, yakni pada saat ayam akan tidur maksudnya adalah untuk melengkapi kekurangan makanan yang diperoleh selama pengembaraannya. Makanan ini diperlukan untuk proses pertumbuhan maupun produksinya.

3. Membuatkan kandang
Hal ini jarang sekali diperhatikan oleh pemelihara ayam kampung, padahal jika dikaji kandang ini cukup penting artinya bagi perkembangbiakan ternak. Selain tempat untuk berteduh waktu hujan, untuk bermalam dan tempat kegiatan reproduksi (bertelur dan mengerami telurnya), kandang dapat pula menyelamatkan ayam dari ancaman binatang buas.

Yang terpenting, dengan membuatkan kandang, ayam akan lebih mudah ditangkap pada saat akan melaksanakan vaksinasi ND maupun pada saat akan dijual. Jadi peranan kandang selain untuk melindungi ayam dari segala macam gangguan juga untuk memudahkan tata laksana perawatannya.

4. Penanganan khusus pada anak dan induk
Tujuannya untuk mempercepat atau melipatgandakan perkembangbiakannya. Penanganan khusus pada anak ayam adalah dengan melakukan penyapihan lebih awal. Anak ayam harus disapih pada umur 1 hari atau pada umur 1 bulan, karena pada saat umur 1 bulan anak ayam sudah dapat mencari makan sendiri.

Jika penyapihan dilakukan pada saat umur 1 hari, maka harus dipelihara dalam kandang khusus (box), diberi makanan bergizi dan pemanas (induk buatan) dan jangan lupa divaksinasi. Dengan penyapihan lebih awal ini seekor induk dapat berproduksi lebih banyak daripada dibiarkan mengasuh terus anaknya. Jika dibiarkan mengasuh terus anaknya, induk hanya akan berproduksi setiap 2-3 bulan sekali (4-6 kali dalam setahun.

Perlakuan khusus terhadap induk adalah perlakuan yang diberikan kepada induk yang disapih, baik dari telurnya maupun dari anak-anaknya. Induk yang disapih dengan anaknya atau yang telurnya diambil (tidak dibiarkan mengerami) ditangkap dan dimandikan setiap pagi hari selama 3-4 hari dan diberikan makanan yang lebih bergizi, bila perlu dikurung bersama pejantan. maksud perlakuan ini adalah untuk menurunkan suhu tubuhnya, yang pada saat mengerami telur atau saat mengasuh anaknya, suhu tubuh tinggi. Ini diperlukan untuk memberikan kehangatan baik pada telur yang dierami maupun anak yang diasuh.

Dengan menurunkan suhu tubuh maka sikap mengeram atau mengasuh anak akan berkurang bahkan hilang. Apalagi bila dirangsang dengan makanan bergizi dan pejantan, maka proses peneluran akan lebih cepat timbul. Biasanya induk yang diperlakukan demikian akan bertelur kembali setelah 7-10 hari dari saat perlakuan.

Dengan melaksanakan keempat tindakan tersebut diatas secara utuh diharapkan ayam kampung akan memberikan nilai tambah yang cukup besar dalam mendukung ekonomi keluarga maupun konsumsi protein hewani keluarga dapat lebih tercapai. Selamat mencoba ! PI/dw

--sumber:www.Poultryindonesia.com--
[ ... ]

Jumat, 16 April 2010

ANALISA BUDIDAYA AYAM KAMPUNG

Untuk mengetahui berapa besar modal yang harus diinvestasi dalam usaha pemeliharaan ayam kampung dan berapa jumlah keuntungan yang diperoleh, maka dibawah ini penulis mencoba membuat perhitungan berdasarkan catatan harian pengeluaran seorang peternak. Ukuran kandang panjang 8 meter lebar 2,5 meter dan tinggi 3 meter. Ukuran pagar keliling, panjang 18 meter, lebar 10 meter dan tinggi 2,7 meter.

Kandang tersebut digunakan untuk memelihara 155 ekor ayam muda yang terdiri dari 150 ekor ayam betina dan 5 ekor jantan dengan umur rata-rata 4 bulan. Ayam-ayam tersebut dibeli dengan Rp 9.000,00/ekor. Porsi pakan 100 gr /ekor/hari, pada bulan ke dua dan ke tiga porsi pakan di naikkan masing-masing sebesar 20%dan 25%.

Di bulan ke empat dari masa pemeliharaan ayam–ayam tersebut telah mulai bertelur, dengan jumlah rata-rata 14 butir per periodenya. Untuk meningkatkan jumlah produksi telor, sengaja peternak menerapkan metode siklus reproduksi, yaitu dengan jalan :

1. memisahkan induk dari telurnya dengan hanya satu butir telor pada sarangannya .

2. pada induk–induk yang mulai memperlihatkan tanda-tanda mengeram secepatnya di mandikan

Dari kedua perlakuan diatas maka ditahun satu masa produksinya dapat diatur sebanyak lima kali .

Pada bulan ke 7 dari keseluruhan produksi telor 10% dieramkan sedangkan sisanya dijual. Untuk tugas pengeraman sengaja digunakan untuk ayam sebanyak 20 ekor, sehingga pada bulan ke delapan terjadi penurunan produksi telur .

Setelah menetas induk dan DOC dipisah, kemudian induk dimandikan. Pada bulan ke sembilan produksi telur mulai meningkat. Dalam produksi ayam kampung ini yang perlu di ketahui adalah :

- Fertilitas =96%

-Daya tetas =90 %

-Kematian = 3%

-Umur Penetasan 21 hari

-Pemberian faksin dilakukan sebanyak 4 kali selama pemeliharaan.

DOC setelah dipisah dari induknya ditempatkan dalam kotak dos beralaskan sekam padi yang di campur sedikit kapur, tanpa diberi bantuan induk buatan (Listrik lampu minyak) sedang sebagai sumber penghangat DOC akan memperoleh dari panas tubunya sendiri. Pada pemeliharaan ditahun kedua siklus reproduksi pertahunya diatur sebanyak 11 kali, dengan demikian diharapkan pada peningkatan dalam jumlah produksi (telur) selain itu pada pemeliharaan ini ada tambahan populasi ayam sebanyak 175 ekor betina dan 8 ekor pejantan. Untuk menghindarkan terjadinya “kanibalisme” oleh ayam yang lebih kuat, maka dibuat kandang baru. Dibulan kelima ayam-ayam tersebut sudah mulai bertelur, dengan demikian ada kenaikan dalam jumlah produksi telur. Dari jumlah produk perharinya, resiko pecah atau retak diperhitungkan sebanyak 6 butir atau 180 per bulan (angka rata-rata), dan ini oleh peternak dimanfaatkan untuk lauk. Sehingga total keseluruhan yang dikomsumsi adalah 17x180 butir=30.60 butir, sedang yang dijual sebanyak 49.300 butir dengan harga 850.

A. Pemberian Pakan

1.Untuk ayam muda –dewasa, 100 gr /ekor/hari

Jumlah pakan per hari untuk 155 ekor =(100x 155) kg: 1000 = 15,5 kg.

Jumlah pakan bulan I = 30x15,5 kg = 465 kg

Jumlah pakan bulan II= (0,2x465 kg)+465 kg = 558 kg

Jumlah pakan bulan III= (0,25x558kg)+558kg = 697,5 kg

Jumlan pakan bulan IV – umur 2 tahun = 17x697,5 kg =11.857,5 kg

Total pemberian pakan =13,578 kg

2. Untuk DOC 60 gr/ekor/hari, sampai umur 3 bulan

Jumlah pakan untuk 189 DOC (189 x 60)kg :1000 = 11,34 kg

Jumlah pakan bulan I 30 x 11,34kg = 340,20 kg

Jumlah pakan bulan II(mortalitas 3%)(0,15x60)+60x183 x30x1kg = 378,81 kg

1000

jumlah pakan bulan III (0,15x378,81kg)+378,81kg = 435,63 kg

Total pemberian pakan = 1.154,64 kg

3. Untuk ayam muda –dewasa, 100gr/ekor/hari

Jumlah pakan per hari untuk 183 ekor (100x183)kg: 1000 = 18,3 kg

Jumlah pakan bulan I =30x18,3 = 549 kg

Jumlah pakan bulan II =(0,2x549)kg+549kg = 658,8kg

Jumlah pakan bulan III =(0,25x658,8)kg+658,8kg = 823,5kg

Jumlah pakan bluan IV –bulan keXI = 10x823,5kg = 8.235 kg

Total pemberian pakan = 10.266,3kg

B. Analisa Biaya

1. Input

a. Biaya Infestasi

-Pembuatan kandang tahun 1 = Rp.35.000,00

-Pembuatan kandang dan Box tahun 11 =Rp.40.000,00

-Pembuatan pagar keliling =Rp.125.000,00

Total biaya investasi =Rp.200.000,00 (1)

b. Biaya Operasi

-Pembelian 155 ekor ayam=155xRp900,00 =Rp.139.500,00

-Pembelian untuk 155 ekor ayam=13.578xRp120,00 =Rp.1.29.360,00

-Pembelian pakan untuk 189 DOC sampai umur 3 bulan =1.154,64xRp.120,00 = Rp.138.556,80

-Pembelian pakan untuk 183 ekor ayam=Rp.10.266,3x120,00

=Rp.1.231.956,00 +

Total pembelian pakan =Rp.2.999.872,80

-Biaya vaksin dan obat cacing untuk ayam muda dan dewasa =Rp.3.000 ,00

-Biaya vaksin dan obat cacing/DOC =Rp.1.000 ,00

Total biaya operasi =Rp.139.500,00 + Rp.2.999.872,80 + Rp 4000,00

=Rp.3.143.372,80

c. Penyusutan dan Perbaikan

-Penyusutan kandang 1 tahun =Rp.2.500,00

-Penyusutan pagar 1 tahun =Rp.3.000.00

-Perbaikan kandang 1 tahun =Rp. 4.000,00

` -Perbaikan kandang 1 tahun =Rp. 5000,00

Total =Rp. 14.50000

2.Output

-Penjualan telur selama pemeliharaan= 49.300xRp850,00=Rp 41 905.000,00

-Penjualan ayam afkir @Rp40.000,00 =Rp 6.200.000,00

- Penjualan dari telur yang dikomsumsi =3060x500=Rp 1.530.000,00

Total Rp 49.635.000,00

C. Keuntungan Yang Diperoleh

Rp 49.635.000,00 – Rp25.034.099.00 = 24.600.001,00

Rp24.600.001,00 : 20bln = Rp 1.230.000,00 /bln



source : kampoengpetek.blogspot.com
[ ... ]

INSEMINASI BUATAN PADA AYAM BURAS

Ayam buras sudah dikenal masyarakat Indonesia dan penyebarannyapun telah
merata terutama di pedesaan. Karena perawatannya mudah, daya tahan hidupnya cukup
tinggi, adaptasi dengan lingkungan dan makanan mudah serta lebih digemari masyarakat
karena baik daging maupun telurnya memiliki cita rasa yang lebih disukai dibandingkan
ayam ras.
Pengembangan ayam buras saat ini sudah diarahkan sebagai penghasil daging
dan telur konsumsi, meskipun mengalami berbagai kendala, antara lain : rendahnya
produksi, terbatasnya managemen pemeliharaan, dan tingginya variasi genetik antar ayam
itu sendiri.
Menurut data dari Ditjen Peternakan tahun 1995, peternak ayam buras di wilayah
DKI Jakarta pada tahun 1994 menghasilkan daging 240 ton pertahun atau setara dengan
240.000 ekor pertahun atau 20.000 ekor perhari, dan telur 900 ton pertahun. Pada tahun
1990 - 1994 terjadi penurunan produksi daging dan telur ayam buras masing-masing
15,11 % - 16,04% pertahun yang antara lain disebabkan oleh penurunan populasi ayam
buras yang mencapai 15,24% pertahun. Pada saat yang sama, permintaan pasar
terhadap komoditas hasil ternak ayam buras selalu meningkat.
Kebutuhan telur dan daging ayam buras untuk DKI Jakarta dengan jumlah yang
sangat besar sampai saat ini sebagian besar masih dipasok dari daerah sekitarnya,
seperti Jawa Barat, Jawa Tengah dan Lampung. Hal ini karena pengernbangan ayam
buras di DKI Jakarta mengalami kendala khususnya areal pemeliharaan yang terbatas dan
jumlah penduduk yang sangat padat. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan teknologi
usaha peternakan yang tepat guna untuk petani dengan pemilikan lahan terbatas yaitu
dengan cara mengandangkannya pada kandang sistem batere seperti dilakukan pada
ayam ras petelur. Cara ini sudah terbukti mampu meningkatkan produksi telur sesuai
dengan kondisi di DKI Jakarta.
Untuk usaha yang diarahkan sebagai ayam buras pedaging, teknologi tersebut
masih mengalami berbagai kendala seperti sulitnya menghasilkan anak ayam (DOC)
dalam jumlah banyak dan seragam dengan waktu yang relatif singkat. Kualitas semen dan
fertilitas semen ayam buras yang dihasilkan ditingkat peternak cukup balk, namun angka
kematian embrio dan scat periode indukan yang masih tinggi (20 - 44%) akan mengurangi
arti pejantan dan merupakan bukti bahwa pengelolaannya perlu diperbaiki. Masalah ini
dapat diatasi dengan teknologi Inseminasi Buatan yang dipadukan dengan pemeliharaan
sistem batere, sehingga akan dihasilkan telur tetas dalam jumlah banyak dan dalam waktu
yang lebih singkat dibandingkan kawin alarm pada sistem kolom. Hasil penelitian tentang
Inseminasi Buatan pada ayam buras menunjukkan bahwa pengenceran semen dengan
NaCl 0,9%; dosis 0,1 ml semen encer dapat menghasilkan daya tunas 56,48%.

Selengkapnya Download Disini . . . . .
[ ... ]

Senin, 12 April 2010

Pengaruh Dosis EM-4 (Effective Microorganisms-4) Dalam Air Minum Terhadap Berat Badan Ayam Buras

Salah satu kendala utama dalam pe-ternakan ayam buras adalah tingginya biaya ransum. Biaya ransum dapat men-capai 70% dari total biaya produksi, selain itu, harga ransum di indonesia termasuk mahal karena sebagian besar bahan masih inpor. Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan terobosan-terobosan dalam bidang teknologi peternakan utamanya teknologi yang berkaitan dengan persoalan ransum. Diharapkan dengan teknologi tersebut mendapat suatu metode baru dalam hal penyediaan ransum yang lebih simpel, efektif dan efisien, sehingga peternak dapat terus menjalankan usaha dengan tingkat keuntungan yang lebih baik karena ternak dapat tumbuh dengan baik dengan penggunaan ransum.

Teknologi probiotik adalah salah satu temuan dalam bidang ilmu bioteknologi yaitu suatu produk yang mengandung mikroorganisme hidup dan nonpatogen yang diberikan kepada hewan untuk mem-perbaiki laju pertumbuhan, efisiensi kon-versi ransum dan kesehatan hewan. Karena dengan penerapan teknologi pro-biotik dapat meningkatkan kemampuan daya cerna organ pencernaan ternak sehingga pengaruh positif terhadap efisiensi penggunaan ransum, dengan demikian terjadi penghematan modal dan dapat mengoptimalkan pendapatan.

Perkembangan probiotik di Indonesia belum pesat, namun sudah mulai dikem-bangkan dan salah satu probiotik yang telah mampu diproduksi dalam negeri berupa media kultur berbentuk cairan yang dapat disimpan lama adalah EM-4 (Effective Microorganisms–4). EM-4 me-ngandung 90% bakteri Lactobacillus sp (bakteri penghasil asam laktat) pelarut fosfat, bakteri fotosintetik, Streptomyces sp, jamur pengurai selulosa dan ragi. EM-4 merupakan suatu tambahan untuk mengoptimalkan pemanfaatan zat-zat ma-kanan karena bakteri yang terdapat dalam EM-4 dapat mencerna selulose, pati, gula, protein, lemak.

Di bidang peternakan EM-4 dapat di-gunakan sebagai campuran jamu untuk ternak. Jamu untuk ternak tersebut difer-mentasi dengan menggunakan EM-4. Dari hasil tersebut telah terbukti bahwa ayam atau bebek yang mengkonsumsi jamu yang difermentasi dengan EM-4 mem-punyai kuning telur yang lebih tebal dan bau amis yang berkurang (Anonim, 2007).

Zainuddin (2006) telah mendapatkan bahwa ramuan obat (jamu) untuk ternak yang dicampur dengan EM-4 telah terbukti meningkatkan daya tahan tubuh ternak unggas, produktivitas, efisiensi pakan, kualitas karkas daging, aroma daging, dan kaulitas telur. Hal yang sama juga diperoleh Agustina (2006) bahwa ramuan herbal yang dicampur EM-4 cenderung memperbaiki konsumsi pakan, konversi pakan maupun rasio efisiensi protein. Haruna dan Sumang (2008) juga mendapatkan bahwa jamu yang dicampur dengan M-Bio/EM-4 akan meningkatkan efisiensi pakan dan air minum.

Berdasarkan uraian tersebut maka pene-litian pengaruh dosis EM-4 dalam air minum terhadap pertambahan berat badan ayam buras menjadi menarik untuk di-teliti. Penelitian bertujuan untuk menge-tahui pengaruh dosis EM-4 dalam air minum terhadap pertambahan berat badan ayam buras.

Selengkapnya, download disini......

source : www.stppgowa.ac.id
[ ... ]

Sabtu, 10 April 2010

Dedak Padi dan Cara Menilainya

Dedak merupakan hasil ikutan padi, jumlahnya sekitar 10% dari jumlah padi yang di giling menjadi beras. Bahan ini biasa digunakan sebagai sumber energi bagi pakan layer, yang mana penggunaanya rata-rata mencapai 10-20% di usis produksi. Menurut NRC 1994, energi yang terkandung dalam dedak padi bisa mencapai 2980 kcal/kg. Namun nilai ini bukan harga mati, karena jumlah energi yang bisa dihasilkan dari nutrient yang ada pada dedak tergantung dari jumlah serat kasar, dan kualitas lemak yang ada didalamnya. Semakin tinggi serat kasar maka semakin rendah pula jumlah energinya. Indikator tingginya serat kasar bisa di lihat dari jumlah hull/sekam nya dengan cara menaganalisa dengan phloroglucinol . Bau dari dedak padi juga harus fresh, karena jika baunya sudah tengik berarti telah terjadi reaksi kimia pada lemak yang ada didalam dedak tersebut. Artinya jumlah energi dari lemaksnya juga semakin sedikit. Pada musim penghujan perlu diwaspadai juga dedak padi dengan kadar air tinggi, biasanya dedak semacam ini cepat rusak (menggumpal) dan akan memicu terjadinya oksidasi pada lemaknya.

Berikut ini adalah skema pemrosesan dedak padi :


Dari hal tersebut diatas maka peternak sebaiknya mempertimbangkan penerimaan dedak padi berdasarkan kualitasnya. Berikut ini adalah cara memilih dedak padi yang baik untuk ayam petelur.

1. Analisa Fisik

Warna harus cokllat cerah dan tidak menggumpal, biasanya rice bran yang menggumpal mempunyai kadar air tinggi. Baunya juga tidak “tengik” (rancid), bau tengik biasanya disebabkan karena proses oksidasi, karena dedak banyak mengandung asam lemak tak jenuh yang mudah tengik. Ini juga menjadi indikasi bahw a dedak yang disimpan sudah cukup lama.

2. Proximat Analysis

Uji ini adalah uji dasar untuk semuabahan baku yang akan dibuat pakan termasuk rice bran. Teknik analysa proximat tidak dicantumkan dalam tulisan ini, karena membutuhkan banyak peralatan dan cukup mahal biayanya. Namun demikian ada beberapa nutrient yang harus tetap di uji untuk bisa menentukan nilai Energi metabolis dan Asam Amino dalam rice bran n diantaranya adalah kadar air, protein, serat kasar, dan ash (abu). Standart hasil analisa proximat rice bran yang umumnya dipakai adalah sebagai berikut :

Standart Hasil Analisa Proximat :


SNI 01-3178-1996-REV.1992 Dedak Padi Kualitas I

3. Kandungan Sekam/hull

Kandungan sekam mempunyai korelasi positif terhadap kandungan serat kasar. Semakin tinggi kandungan sekam, semakin tinggi juga kandungan serat kasarnya. Oleh karena itu perlu ada batasan dan teknik untuk mengetahui apakah kandungan sekam normal atau tidak. Kandungan sekam umumnya kurang dari 13 %, namun seringkali ditemukan dedak padi yang kandungan sekamnya lebih dari 15%. Untuk menhindari penggunakan penggunaan dedak padi dengan kandungan sekam lebih dari 15%, perlu dilakukan test dengan flourogucinol. Karena telah diketahui bahwa flouroglucinol tidak bereaksi dengan dedak namun memberikan warna merah pada kulit padi (sekam). Uji dengan flouroglucinol ini juga bisa mendeteksi jika dedak padi di campur atau terkontaminasi dengan serbuk gergaji karena pada prinsipnya flouroglucinol bereaksi dengan lignin yang ada dalam kulit padi.

Langkah – Langkah pengecekan Hull (sekam) :

1. Grinding Sekam dan Kulit Gabah (hull)
2. Dedak padi Grade A disaring dengan Sieve 0.6 mm
3. Siapkan standart Dedak padi + 5%; 10%, 15%, 20%, 25% sekam
4. Timbang masing-masing 1 gram dedak padi standart pada petri disk
5. Timbang sample 1 gram dan letakan pada petri disk
6. Pipet 4 ml phloroglucinol ke masing-masing petri diks
7. Aduk sampai homogen
8. Diamkan 10-15 menit
9. Lihat perubahan warna dan bandingkan dengan standar



4. Kontaminasi Bahan Organik

Ini perlu dihindari, karena kontaminasi dengan bahan lain apapun bisa merubah komposisi nutrient, yang mana tidak semua nutrient (asam amino) selalu dianalisa sebelum digunakan. Teknik yang sering dilakukan untuk mendeteksi adanya kontaminan bahan anorganik seperti Zeolit yaitu dengan mereaksikan dengan CCl4 . Prinsipnya bahwa bahan organik akan mengapung jika ditambahkan zat tersebut sedangkan bahan anorganik tetap akan tenggelam

5. Kontaminasi dengan Kapur

Kontaminasi kapur pada dedak padi sering ditemukan dilapangan, karena memang harga kapur jauh lebih rendah dibandingkan dengan dedak, dan warnanyapun tidak banyak merubah warna dasar dedak. Kontaminasi dengan kapur secara fisik akan sulit diketahui, namun karena kapur dan dedak padi mempunyai perbedaan density yang cukup banyak sehingga merubah density dedak yang terkontaminasi. Density dedak rata-rata 350 gram/lt, sedangkan density dedak yang terkontaminasi kapur bisa mencapai 450 gram/lt.

Selain dari segi perbdaan density, kontaminasi dengan kapur juga bisa di uji secara kimiawi. Adanya reaksi HCL dengan kapur bisa digunakan untuk menguji adanya kontaminasi tersebut.

Peternak juga perlu memperhitungkan energi yang terkandung didalam dedak padi dengan cermat. Berikut adalah Simulasi hubungan energi pada dedak padi dengan nilai nutrisinya. Perubahan nilai protein biasanya tidak signifikan pengaruhnya terhadap kandungan energi, sedangkan peningkatan kandungan serat kasar dan abu akan menurunkan nilai energi cukup banyak.Berikut ini adlah contoh simulasi kandungan energi karen perubahan kadar serat kasar dan abu (Ash) :


Source : selfmixing.blogspot.com
[ ... ]
 

©2009 Central Unggas Lampung | by TNB Modified By Anangss and By Nanang